Pembayaran Stablecoin Tembus $5 Triliun, Tantangan Biaya Valuta Asing

1 day ago 5

Transaksi stablecoin global mencapai tonggak sejarah baru sebesar $5 triliun pada 2025, melonjak 47% sejak kemenangan Donald Trump pada Pemilu AS November 2024.

Lonjakan ini didorong oleh sentimen positif investor, regulasi yang lebih jelas, serta meningkatnya adopsi oleh perusahaan. Namun, di balik perkembangan pesat ini, biaya valuta asing (FX) masih menjadi hambatan utama untuk efisiensi pembayaran lintas batas.

Stablecoin: Janji Lama yang Kini Terwujud

Laporan Visa dan firma analisis blockchain Allium mencatat lebih dari satu miliar pembayaran stablecoin terjadi tahun ini, dengan nilai gabungan pasar stablecoin kini mencapai $255 miliar. Teknologi ini mulai membuktikan manfaatnya: pengiriman dana yang dulunya memakan waktu berhari-hari kini dapat diselesaikan dalam hitungan menit. Dampaknya sangat terasa di negara-negara yang kurang terlayani sistem keuangan tradisional, membuka akses baru bagi konsumen dan bisnis.

Namun, biaya konversi mata uang tetap menjadi masalah besar.
Mike Robertson, CEO AbbeyCross, mengingatkan bahwa meskipun teknologi blockchain efisien, setiap mata uang memiliki dinamika unik. Spread, biaya perantara, dan slippage tetap terjadi, terutama saat uang berpindah dari blockchain ke rekening bank (on-ramp dan off-ramp). Ia menilai asumsi bahwa teknologi dapat menghapus seluruh hambatan FX adalah pandangan yang terlalu optimistis.

 Shawanoleader.com.Ilustrasi stablecoin USDC. Sumber: Shawanoleader.com.

Baca juga: UU GENIUS Picu Lonjakan Stablecoin: Pasar Kripto Menuju $300 Miliar?

Startup Membidik Jalur “Eksotis”

Sejumlah startup mulai fokus pada rute pembayaran lintas negara yang jarang tersentuh pemain besar.
BVNK, perusahaan pembayaran asal London, menggarap jalur seperti Sri Lanka–Kamboja, yang biasanya mahal dan lambat karena melibatkan banyak perantara. Menurut Sagar Sarbhai, Managing Director BVNK Asia Pasifik, stablecoin memang belum murah, tetapi jauh lebih cepat dan efisien dari sisi modal. BVNK memproses sekitar $15 miliar transaksi per tahun.

Pemain lain seperti Thunes (Singapura) dan Aquanow (Kanada) membangun koneksi antara perdagangan blockchain dan “last mile” pembayaran ke mata uang lokal, bekerja sama dengan penerbit stablecoin maupun perusahaan besar.

Regulasi Dorong Pertumbuhan Institusional

Perkembangan besar datang dari regulasi. Undang-Undang GENIUS yang disahkan di AS pada 18 Juli 2025 mewajibkan stablecoin didukung penuh 1:1 dengan aset berkualitas tinggi, diaudit secara berkala, dan transparan. Bank of America memperkirakan aturan ini dapat menambah pasokan stablecoin hingga $75 miliar.

Visa juga sedang menguji konsep “sandwich stablecoin”, yaitu menggunakan stablecoin sebagai jembatan antar mata uang fiat untuk menghindari jaringan SWIFT, dengan penyelesaian hanya dalam hitungan menit. Fitur ini melengkapi platform tokenisasi Visa yang diluncurkan Oktober 2024.

Industri pun mulai bergerak cepat:

  • Ripple mengakuisisi platform pembayaran stablecoin Rail senilai $200 juta.
  • Thunes mengamankan pendanaan $150 juta pada April 2025 untuk memperluas integrasi dengan jaringan stablecoin.

Menurut Sagar Sarbhai, fase pertumbuhan pesat ini baru awal. “Butuh lima tahun membangun fondasinya, tapi pertumbuhan dramatis bisa terjadi hanya dalam 12 bulan ke depan,” ujarnya.

Baca juga: China Siap Luncurkan Stablecoin Yuan, Tantang Dominasi Dolar AS


Investasi dan trading kripto aman hanya di Tokocrypto. Ikuti Google News Tokonews untuk update berita crypto dan download aplikasi trading bitcoin & crypto sekarang!

DISCLAIMER: Investasi aset kripto mengandung risiko tinggi dan segala keputusan investasi yang diambil oleh Anda berdasarkan rekomendasi, riset dan informasi seluruhnya merupakan tanggung jawab Anda. Tidak ada lembaga atau otoritas negara yang bertanggung jawab atas risiko investasi tersebut.

Konten ini hanya bersifat informasi bukan ajakan menjual atau membeli.

Read Entire Article